Wawancara oleh Muhammad Faisal
Sedikit band Indonesia yang gemar bereksplorasi dan tak berpaku dalam satu wadah genre saja. Di tengah paradigma tersebut, Sajama Cut muncul sebagai eksistensi lain. Jikalau melihat beberapa album yang sudah dirilis, tentu pernyataan tadi dapat menjadi pembenaran. Musik noise pop, electronic, folk rock sampai baroque pop mereka lahap habis untuk jadi media berekspresi diri.
Sajama Cut tergolong band yang produktif. Selama rentang waktu 13 tahun, semenjakmereka berdiri pada tahun 2001, sudah sepuluh buah rilisan mereka lepas ke publik dalam wujud: lima EP, tiga album LP, dan dua single lagu. Manimal, album terakhir Sajama Cut mendapatkan banyak pujian dari kritikus maupun media karena keberanian Sajama Cut memainkan warna baru dalam musikalitas album tersebut.
Kali ini, WARN!NG mendapatkan kesempatan untuk berbincang-bincang bersama Marcell, Banu, Dion dan Anes tentang proses pengerjaan album terbaru Sajama Cut, bagaimana mereka menyikapi perbedaan sampai band favorit yang ingin mereka saksikan penampilannya di Indonesia.

Berbicara tentang album baru kalian nanti, bisa diceritakan sedikit tentang proses pengerjaannya?
Dion: Proses pengerjaannya cukup panjang, bisa ulang 2-3x take dan banyak pembelajaran yang kita dapat dari proses ini.
Marcel: Album ini direkam selama 4 tahun, layer dasarnya dimulai dengan menggunakan keyboard/organ/piano–instrumen dimana gue sama sekali buta. Banyak eksplorasi instrumentasi, aransemen, dan songwriting. Kita sangat kritis dan banyak proses re-take instrumentasi supaya mencapai level yang memuaskan. Kita juga memproduksi mayoritas lagu di album ini sendiri, dengan bantuan produksi Yosi OPA di tiga lagu.
Lalu akan seperti apakah album terbaru kalian nanti? Masih berporos pada sumbu alternative-indie rock laiknya dua album terdahulu? Atau akan ada inovasi musikalitas dari kalian sendiri?
Dion: Mungkin eksplorasi akan membuat album ini beda dari album-album sebelumnya, karena di album ini bersifat demokratis dibanding yang terdahulu.
Marcel: Album kita selalu berbeda. “indie rock” juga begitu luas definisi-nya (bahkan bukan sebuah genre). Membuat dua album yang terdengar sama hanyalah membuang waktu di muka bumi ini. Progresi adalah kunci.
Video teaser sudah dibuat, lalu apa ada “pertanda” lain untuk menyambut album terbaru kalian?
Dion: Bulan menjadi berwarna merah.
Marcel: Semakin mendekati dirilisnya album, akan semakin banyak pertanda yang muncul. Video art, puisi, visual art, merchandise spesial, dan banyak lagi, akan segera hadir. Silahkan ke scalbum4.tumblr.com untuk melihat beberapa kontribusi Sajama Kids dan juga beberapa kontribusi seniman-seniman, serta video teaser album empat.
Di album sebelumnya, peran Marcel sendiri begitu dominan untuk pembuatan lagunya. Bagaimana di album baru nanti?
Dion: Marcel masih si pembuat lagu, tetapi yang lainnya juga sangat andil dan lebih mengeluarkan ego dan kemauan di semua lagu di album ini, sehingga album ini dipastikan jauh lebih berubah dibanding sebelumnya
Marcel: Album ini adalah jembatan ke semakin kuat-nya karakter musikal Dion, Randy, Banu, dan Anes, yang selama ini baru dapat ditunjukan di panggung. Album berikutnya akan total kolaboratif.
Banu: Marcel tetap membuat lagu, biasanya dia mengirimkan file berupa guide hanya vocal dan piano. Sampe tahap ini kita belum tahu akan seperti apa lagu ini nantinya. Setelah semua materi dibawa ke studio dan masuk proses aransemen disinilah semua memiliki andil. Bahkan tidak jarang terjadi perbedaan pendapat antar kami. Dan menurut saya itu suatu hal yang sangat positif. Saat ini atmosfer di studio sangat bagus buat Sajama Cut.
Anes: Di album baru ini peran Marcel masih dominan untuk pembuatan lagu, tapi untuk pengerjaan musiknya di album baru ini semua terlibat langsung untuk mengisi. Marcel “oper” guide-nya ke kita; biasanya yang berikutnya isi drum Banu, terus bass-nya Randy, gitar Dion, baru deh terakhir isian gue.
Adakah pengaruh musisi lain yang akan kalian sertakan di album terbaru kalian nanti?
Dion: Kalo gue sendiri ga ada, tiap hari malah dengerin lagu sendiri mulu.
Marcel: Tidak ada yang secara harfiah dan musikal. Tidak ada gunanya membuat versi KW dari band yang sudah ada dan bagus. Namun di tumblr di atas, kami akan mengeluarkan mixtape berisi beberapa lagu yang menjadi “rekan” kami selama pembuatan album ini.
Bagaimana kalian memandang album terbaru ini?
Dion: Lebih eksplosif dan ekspresif.
Anes: Buat gue ini album Sajama yang beda dari biasanya, bukan karena kita semua turut andil dalam pengerjaan musiknya, tetapi ini album Sajama pertama yang guide-nya dibuat make keyboard, biasanya kan guitar tuh. Jadi nuansa awal pengerjaan lagu per lagunya masih agak aneh sih ketika guide pake keyboard. Dan sekarang setelah semua proses rekam-merekam selesai, setelah semua isian di gabungin, jadinya benar-benar diluar dugaan. Seru banget kan.
Marcel: Jembatan menuju SC sebagai sebuah entitas band dalam arti sesungguhnya. Sebuah artistic statement, dan bukan sekedar kumpulan-kumpulan single.
Sajama Cut begitu unik. Kalian bermain di ranah alternartive-pop di album The Osaka Journals. Lalu berpindah haluan (dengan cukup) drastis ke kancah electronic di album Le Internationale. Sampai bermain indie rock di album Manimal. Bagaimana ini bisa terjadi? Apakah ini konsep kalian atau semua terjadi dengan insidental?
Banu: Mungkin perbedaan pola pikir kita, Proses dimana kami semua tumbuh..mulai dari kita kuliah bareng sampe sekarang sebagian sudah berkeluarga. Banyak banget faktor-faktor yang merubah cara pandang kita dalam berbagai hal, termasuk dalam bermusik..
Dion: Setiap album kami tidak akan pernah sama, karena Sajama cut tidak akan pernah sama setiap tahunnya.
Marcel: Insidental namun juga progresi yang conscious. Ini 2014, bukan 2010 – dan pada 2010, kami menghindari 2005, dan seterusnya.
Saya begitu tertarik dengan art-cover di setiap rilisan kalian. Siapa yang berada di balik pengerjaannya?
Dion: Fandy Susanto (Manimal), banyak artis lain yang akan mendukung artwork album baru ini
Marcel: Beberapa gue yang kerjakan, namun yang paling indah tentunya adalah kerjaan Fandy (table-six.com)

Artis indie yang ditunggu kedatangannya di Indonesia?
Dion: Kemaren sih ada salah satu owner EO lumayan besar bilang ke gue dia akan undang Interpol taun ini, ternyata hanya omongan belaka. Jadi ya artis yang gue tunggu Interpol. Karena sebelumnya merasa dibohongi
Marcel: Celer, Dirty Beaches, JS Bach, Nirvana, MJ, Jandek, 11th Dream Day.
Anes: How to Dress Well, The National, Julian Casablancas.
#sarapanmusik?
Banu: Masih playlist yang menemani saya ketika sekolah, kuliah: The Police. Beberapa band punk rock, punk pop era 80-90’an. Sedikit Dave Matthews. Lagu Indonesia macem Padi, juga masih saya masukin playlist. Kadang-kadang.
Dion: Dengerin review rekaman hari-hari sebelumnya, hahaha.
Marcel: Idem dengan Dion.