close

Taman Nada: Kembalinya Sang Musafir dari Kelana

IMG_6745-2
Dok. Taman Nada

 

Mendengar nama band yang terbentuk sejak awal 2011 ini, bukanlah hal yang asing bagi para penikmat ranah musik kelas dua di kota yang terkenal teriknya ini. Mengimani musik folk-pop sederhana, mereka mengakui bahwa Fleet Foxes, Bob Dylan hingga Bung Iwan Fals banyak menyumbang inspirasi dalam karya mereka. Melakukan tur bersama Cotswold dan hinggap di 10 kota pada pertengahan 2013 Silam, membuat nama dari band yang dimotori oleh Atthur Razaki (vokal & gitar), Salman Muhiddin (vokal & gitar), Zaki Rifian (gitar & guitalele), Nandiwardhana P. S (harmonika & pianika), Dwiki Putra R (vokal & bass), dan Arya Pratyaksha (drum) melejit, sebelum terkapar dan hiatus lalu kembali muncul di permukaan dengan sumpah, akan segera membayar lunas dengan debut album yang tentunya sangat dinanti oleh para penggemarnya.

Nama merekah sempat merekah pada medio pertengahan 2013 silam. Melalui debut EP yang mengandung 3 track dengan muatan musik folk yang tabah nan organik, nama Taman Nada kerap terlihat menghiasi panggung-panggung di Surabaya secara rutin. Kuintet folk-acoustic yang bersenjatakan nada-nada renyah yang lahir dari permainan gitar bolong dengan beberapa instrumen tambahan macam pianika, harmonika serta ukulele yang menjadikan musik yang mereka bawakan menjadi muskil ditolak oleh para pendengarnya.

Lahirnya nomor-nomor pamungkas dalam debut mini album layaknya “Pulang”, “Marilah Mari, serta “Fase” merupakan jawaban pamungkas mengenai mengapa banyak orang yang rela begitu menunggu atas lahirnya album pertama dari band ini. Jika Silampukau berhasil kembali mengibarkan bendera musik Surabaya ke permukaan lewat album Dosa, Kota dan Kenangan, maka harapan yang sama juga diemban Taman Nada untuk dapat mempertahankan dan mematahkan stigma negatif tentang Surabaya, yang sempat dicap sebagai kota besar yang mandul karya.

Karakter musik yang sederhana dengan balutan lirik yang biasa, apa adanya tanpa mengingkari muatan sastra menjadikan Taman Nada sebuah band yang jauh dari kata pretensius. Sempat berganti formasi dari akustik menjadi full-band, lantas tidak menghianati nuansa temaram sajian musik yang cocok dinikmati pada siang hari menuju senja yang tabah. Sempat terjebak dalam kesibukan dan memasuki masa hiatus, para pengemar mereka dapat menghela nafas lega pada akhir 2015, dengan kabar gembira bahwa band yang mereka gemari telah pulang dari perjalanan panjang, dan kembali ke Surabaya untuk membayar lunas hutang rekaman yang selama ini mereka janjikan dan berbuah penantian panjang.

Kabarnya, pada awal 2017 band ini akan merilis debut album penuh mereka, yang tentunya patut untuk ditunggu. Seperti apa nantinya? Akankah setara dengan penantian panjang berkat janji mereka yang telah lama dinanti? Taman Nada kini tengah mengemban beban berat, berupa hutang nada-nada renyah pada setiap telinga yang setia menunggu mereka. [WARN!NG/Reno Surya]

warningmagz

The author warningmagz

Leave a Response

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.