Summary
8.8 Score

Album : Titik Nol
Label : Lawless Records x Sepsis Records
Watchful Shot : “Titik Nol”, “ The Unsung Heroes”, “Better off Dead”, “Son of a Man”
Lahir di kota yang tercengkram gedung-gedung tinggi bersimbah kapitalis, Piston tumbuh menjadi kuartet berandal yang tak kenal kompromi. Menghidupkan kembali nafas Lemmy Kilmister dalam musik mereka, merupakan keputusan tepat yang mereka tawarkan dalam album ini. Laju serangan heavy metal hingga hardcore punk tertuang dalam takaran yang pas, dalam secawan album yang mereka baptis dengan tajuk Titik Nol.
Keputusan tepat telah diambil oleh Lawless Records yang kali ini berkolaborasi dengan Sepsis Records untuk membidani album empat pemuda bengal ini. Pasalnya, Piston menawarkan suguhan musik crossover yang dalam kurun waktu beberapa tahun jarang yang sukses memiliki daya tawar di telinga pendengarnya.
Mendaulat “Menuju Tiga” sebagai track pembuka adalah keputusan yang tepat. Gemuruh distorsi bak knalpot motor lawas, meraung-raung dan bersinergi dengan drum cepat. Parau suara Argi Tendo yang meneriakan “Sebentar Lagi Tiba/Era Selanjutnya” secara sempoyongan, membuat nomor ini dapat didaulat sebagai ode anak muda yang kerap berkendara setengah mabuk mengerayangi tiap jengkal tubuh Ibu Kota.
Seolah merapal doa ditengah ganasnya kehidupan jalanan, pada lagu selanjutnya Piston memilih untuk bergerak melamban. Dalam kadar kemarahan yang sepadan, Piston seolah memberi rehat pada para pendengar untuk memunguti sisa-sisa puing bencana yang telah mereka ciptakan pada nomor pembuka.
Menutup lagu dengan teriakan bak pesakitan, Piston kembali memacu laju deru motornya di “The Unsung Heroes”. Sebuah lagu yang saya imajinasikan akan menuai koor-koor panjang di tiap pertunjukan. Nomor yang berdurasi tak lebih dari 2 menit ini, memuat kecepatan tenaga kuda yang menorobos telinga pendengar tanpa tedeng aling-aling.
Kembali melemah pada track “Adrenalin”, Piston saya akui berhasil memainkan emosi dari pendengar. Meminimalisir kadar jenuh, mereka memilih kembali berpacu pada pertengahan lagu. Penulisan lirik yang ciamik, menjadikan album ini berpotensi akan bersemayam sejajar dengan album rock klasik lain di kemudian hari.
Riff yang catchy tertuang di “Better of Dead”, yang mulanya saya kira cover version dari Bad Religion. Lagu yang menurut saya tepat disaksikan di bar kumuh pojokan Jakarta, dengan sebotol vodka dan selinting ganja ini, berhasil membuat saya jatuh cinta pada band berformasikan 4 orang ini.
Bersendandung kepada maut dalam nomor “Melambai” via lead gitar yang menusuk-nusuk, Piston kembali tancap gas pada “Hakim Tak Berpalu”. Dengan semangat pemberontak anak-anak muda dengan motor kustom, Jaket kulit, sepatu boots dan Spike, Piston mengadili norma-norma anomali yang terjadi di kehidupan pribadi.
Menebar bubuk-bubuk opium dosis tinggi dalam stoner rock a la Red Fang pada “Son of Man”, kembali menyeringai pada “A Challange TO Our Current Understanding”, menyelesaikan kekacauan dengan permainan instrumental yang memabukan. Merangkai bongkahan-bongkahan kemarahan serta kekecewan dalam cawan bernama heavy metal, menjadikan debut album dari Piston ini menjelma bak molotov tak bertuan, yang siap melompat ke siapa saja yang menghalangi deru laju pasukan barbar ini. [WARN!NG/Reno Surya]
1 Comment