“Deh-Shay, Deh-Shay, Bah Sah Rah. Bah Sah Rah…”
“What’s that mean?”
“Rise.”
Barangsiapa di bulan Juli yang selo ini merasa ‘aku meh ngopo yo saiki?’, segerlah meluncur ke bioskop terdekat dan bilang ke mbak-mbak XXI atau 21 yang rok hitam panjangnya sobek panjang di kaki kirinya, “Mbak toiletnya mana mbak?” Ini serius, karena film pamungkas trilogi Batman karya Christopher Nolan ini berdurasi hampir tiga jam, daripada harus menonton The Dark Night Rices, eh salah ketik, The Dark Knight Rises (TDKR) sambil kebelet. Please welcome the most ambitious Batman movie ever…
Seumur hidup nonton film di bioskop, baru pertama kali merasakan dahsyatnya “efek jarum suntik” dalam sebuah film: saya adalah penonton pasif yang seolah-olah disuntikkan oleh pesan-pesan yang terkandung dalam film. Efeknya, tiket 25 ribu rupiah yang dhabiskan tidak sia-sia (biasanya saya selalu mengeluh akan hal ini), sampai tidur berkemul selimut dan guling masih memikirkan siapakah yang berada di pesawat pembawa bom nuklir itu, merasa bahwa Batman adalahsuperhero yang paling masuk akal, dan yang paling parah meng-googlinggambar Anne Hathaway dan Marion Cotillard.
Oke, sejujurnya tidak perlu panjang lebar mengulas plot cerita TDKR yang terjadi delapan tahun setelah film kedua, The Joker, maksud saya The Dark Knight. Yang jelas, musuh utama Batman alias Bruce Wayne (Christian Bale) kali ini adalah Bane (Tom Hardy), seorang jenderal teroris bengis (sebut saja demikian) yang meneror warga Gotham City dan tentu yang menguras habis fisik, mental, dan kekayaan si ksatria kegelapan. TDKR menyajikan film Batman yang lebih gelap, lebih mendebarkan, dan lebih lamaaaa….
Berikut akan saya jabarkan poin per poin review TDKR secara sangat subjektif, murni dari pandangan saya sendiri, hehehe…
1. Move on Bruce
Baru di tahun ajaran 2011/2012 kemarin kata “move on” sering kali terucap, lalu menjadi semacam trendic topic dalam pergaulan dan pergalauan sehari-hariku. Nah, dalam dialog-dialog TDKR, secara berulang kali banyak tokoh yang mengucapkan kata tersebut kepada Bruce Wayne, yang di dalam film dianggap belum move on semenjak peristiwa delapan tahun lalu. Jangan-jangan efek move on sudah tersebar dari Indonesia ke Hollywood dengan Bruce sebagai korbannya. Haha…
2. Too many twists, but it’s okay
Meski secara keseluruhan bintang 9/10 layak didapatkan, tapi menurut saya TDKR terlalu banyak twist atau kejutan dalam jalannya cerita. Mengapa saya protes? Karena ini membuat saya sebagai penonton merasa dibodohi oleh TDKR. Tapi tidak apalah, karena aksi-aksi, gambar-gambar, dan karakter-karakter yang ditawarkan TDKR mampu memaafkannya. Twist-twist tersebut antara lain: dalang utama dan musuh dalam selimut di akhir cerita dalam diri Miranda Tate (Marion Cotillard), Bane yang bukan ‘anak yang berhasil lolos’, kejutan di Florence, tentang Robin, dan mungkin kejutan-kejutan lain yang mungkin saya lewatkan.
3. Fuck you Chris Nolan
Entah kata apa yang bisa disematkan kepada sutradara yang satu ini. Okay then, fuck you, Chris! Haha… Meski saya tidak terlalu suka akan film-filmnya (Inception, Memento), namun melalui trilogi Batman, harus diakui mampu memaksa saya untuk menyenangi sang director ini. Sayangnya, sebrilian-briliannya Nolan, ternyata ia belum pernah mendapatkan Oscar. “Sukurin, salahnya sendiri jago-jago amat,” kataku dalam hati.
4. There’s no Catwoman in spite of Robin
Sebenar-benarnya dalam TDKR, Selina Kyle tidak disebutkan sebagai Catwoman. Memang, karakter yang terletak di antara protagonis dan antagonis ini sesuai dengan ciri-ciri Catwoman dan yang pasti Anne Hathaway mampu memerankan tokoh ini dengan sangat ‘mulus’. Begitu halnya dengan John Blake (Joseph Gordon-Levitt) yang di akhir cerita mengungkapkan nama legalnya (baca: Robin). Dalam komik aslinya, Robin yang disebut sebagai partner Batman itu bernama asli Dick Grayson dan bukan Blake. Atau memang Chris Nolan memang memberi sedikit godaan di akhir sesuai ciri khasnya di film-filmnya.Last question, dalam TDKR, saya perhatikan kata “Robin” diucapkan sebanyak dua kali, pertanyaannya: siapa yang mengucapkannya? [Warning/Sandi Mariatna]